Sifat-Sifat Kepemimpinan


SIFAT PEMIMPIN
Tuesday, 28 June 2011 07:57 JAMES WAWOROENDENG
Ketika kita diberi amanah atau diberi kepercayaan memimpin kita sering mengatakan saya gak bisa, tetapi ketika sudah berada dalam keadaan memimpin ternyata bisa dan mampu. Ternyata orang-orang di antara kita ada banyak yang tidak sadar akan kenyataan kualitas dirinya dalam memimpin. Memang kalau kita berbesar jiwa menakar kapasitas kepemimpinan kita, maka kita harus dengan teliti melihat di level mana kita berada dalam tingkat tingkat kemampuan kita memimpin. Sebagai seorang pemimpin yang notabenenya adalah sebagai panutan atas apa yang dipimpinnya haruslah mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang arif bijaksana serta wibawa yang tinggi agar disegani oleh kalangan orang yang bekerja bersama kita.
Seorang pemimpin harus menjadi pribadi pemimpin yang:
Pemimpin yang Jujur. Kalaulah seorang pimpinan tidak jujur dengan amanah sebagai pemimpin, maka sudah dapat dipastikan nantilah waktu-waktu kehancurannya. Kalau saya boleh katakan jujur itu sangat mahal bahkan saya pribadi tidak mampu untuk membeli kejujuran tersebut. Misal: saya akan memberikan contoh diri saya pribadi dan teman-teman dari ITS. Kita sebagai mahasiswa ITS tentunya tahu aturan-aturan akademik dari pihak birokrasi, ketika kita ujian dan kita ketahuan melakukan perbuatan tidak jujur (baca: kerjasama, ngerpek, dkk) pasti kita akan mendapatkan sanksi akademik, apa sanksi itu? Kalau di ITS sendiri sanksi akademiknya paling banter adalah D.O satu semester. Ketika seorang mahasiswa di D.O karena perbuatan tidak jujur tersebut maka mahasiswa tersebut harus istirahat satu semester, dan seperti kita ketahui uang semesteran seorang mahasiswa ITS sebesar Rp. 1.300.000. So konklusinya, kalau boleh saya katakan kejujuran seorang mahasiswa ITS dalam akademik adalah sebesar Rp. 1.300.000. itu masih murah, saya contohkan lagi harga kejujuran yang lebih mahal. Tentunya teman-teman tahu masalah bailout Bank Century, kalaulah nantinya terbukti salah dan ada oknum yang ketahuan tidak jujur melakukan kesalahan, maka harga ketidak jujuran oknum tersebut adalah sebesar 6,7 trilyun rupiah. Mahal bukan???

Pemimpin yang Bertanggungjawab. Seorang pemimpin mempunyai tanggungjawab yang lebih, tanggungjawabnya adalah mengkoodinir apa yang dipimpinnya. Kalau seorang pemimpin tidak mau bertanggungjawab silahkan turun dari jabatan anda sebagai seorang pemimpin.
Pemimpin yang Visioner. Yang ketiga ini adalah tidak kalah pentingnya. Seorang pemimpin yang mempunyai pandangan jauh ke depan tentu lebih baik dari pada pemimpin yang pola pikirnya hanya tebatas oleh kotak yang membatasinya. Maka seorang pemimpin harus mempunyai pandangan yang jauh ke depan.
Pemimpin yang Disiplin. Masalah disiplin masih menjadi bahaya laten bagi kita sendiri, sering kali kita sepakati waktu untuk meeting jam sekian tetapi kita sendiri yang melanggar kesepakatan itu, lalu dengan tanpa bersalah kita menjawabnya “halah biasalah jam Indonesia kan gitu sering ngaret” kebudayaan yang seperti itu yang harus dihilangkan.
Pemimpin yang bisa Bekererjasama. Ada suatu situasi di mana seorang harus memimpin dengan otoriter dan full power dalam memerintah orang-orangnya. Situasi itu adalah ketika insitusi berada dalam situasi krisis, dan perlu membangkitkan perubahan arah pada orang-orangnya yang bermasalah. Dalam situasi seperti pemimpin sepenuhnya dapat menangkap dan memahami sumber masalah institusinya tanpa perlu lebih dahulu memperlihatkan sikap demokratis dalam menggali masalah yang dihadapi institusinya, karena memang masalahnya mudah dikenali sebagai masalah bersama, dan sangat mustahil ada perbedaan persepsi terhadap masalah itu. Setelah itu sang pemimpin segera memulai menyelesaikan masalah institusinya. Bahkan lebih lanjut segera membawa institusinya ke arah yang dikehendaki, walaupun dalam situasi sulit. Oleh karena itu kita dituntut harus bisa bekerjasama dengan semua orang terutama dengan relasi kerja kita.
Pemimpin yang Adil. Arti adil di sini adalah tidak berat sebelah atau tidak memihak. Ketika ada pembagian job atau yang semacam seorang pemimpin harus pintar-pintar membagi porsi kepada relasi kerjanya, karena kalau tida aka nada statement yang tidak mengenakan dari relasi kerjanya.

Pemimpin yang Peduli. Yang terakhir adalah peduli, maksudnya adalah peduli terhadap lingkungan sekitar jangan sampai kita bersikap apatis yang tidak mau tau urusan dan penderitaaan orang lain jangan sampai ada kata-kata “masa bodoh emang urusan ku apa, urusin aja sendiri”.